Mungkin sebentar lagi aku sudah tidak mengenakan baju putih biruku lagi, ya itu semua karena sekarang aku sudah kelas 9 dan akan segera lulus dari SMP. Harapanku dan teman-temanku saat ini hanyalah agar bisa lulus UN dengan nilai yang memuaskan dan diterima di SMA favorit. Masa-masa selama di SMP bukanlah hal yang mudah untuk dilupakan setelah kita lulus nanti, seperti dimarahi guru karena main sepak bola waktu istirahat, selalu datang pagi untuk menyalin pr, dan memakai alasan “Ketinggalan” kalau tidak mengerjakan tugas. Namun itu semua adalah masa-masa yang menyenangkan menjadi seorang remaja.
Masih terekam jelas kejadian-kejadian selama hampir 3 tahun di SMP, mulai dari kelas 7 sampai sekarang. Begitu juga dengan kejadian di akhir tahun 2013. Kejadian yang tersimpan rapi di memori otakku sampai saat ini. Bahkan aku masih ingat secara mendetail kejadian tersebut. Tanpa kusadari mataku terpejam dan kejadian di hari Kamis akhir tahun 2013 tampak jelas seperti sebuah film yang pemerannya tak lain adalah aku. Aku Yuniar Ayuningtyas, perempuan berusia 14 tahun akan menceritakan kembali apa yang terjadi di hari itu dan aku berjanji untuk tidak melewatkan apa pun.
Flashback to 2013..
Hari Kamis bulan November, tepatnya satu tahun yang lalu. Waktu itu aku masih duduk di kelas VIII. Sebagai seorang siswa, aku menjalankan rutinitasku seperti anak-anak yang lain yaitu sekolah. Aku tiba di sekolah sekitar 5 menit sebelum bel berbunyi. Untunglah karena tidak sampai terlambat, kalau terlambat bisa-bisa aku dipanaskan sampai istirahat.
Pelajaran pertama adalah bahasa daerah, Bu Erna masuk kelas dan tiba-tiba mengumumkan kalau ada ulangan mendadak. Sontak wajah seluruh penghuni kelas menjadi kusut, termasuk aku. Setelah dibuat pusing selama 2 jam pelajaran dengan soal-soal akhirnya bel pelajaran ketiga berbunyi. Wajah-wajah kusut telah digantikan menjadi wajah ceria, karena pelajaran ketiga adalah Tata Boga.
Gimana enggak ceria, orang pelajarannya berhubungan dengan makanan. Bu Eko menyuruh semuanya untuk mengeluarkan bahan-bahan yang dibawa. Hari itu kita praktek menghias cup cake. Aku yang berniat menghias cup cake jadi bentuk owl mengeluarkan bahan-bahanku. Seperti krim coklat, oreo, permen coklat dll. Ninis yang duduk di sampingku berbisik ke telingaku “Cup cakenya yang satu buat siapa, yun?” Aku yang sibuk menghias asal menjawab “Gak tau, buat dia mungkin. Seketika ekspresi Ninis berubah “Seriusan??”. “Ya enggak lah, yang bener aja coba.” Ucapku sambil menahan tawa melihat ekspresi Ninis. Tiba-tiba Suta yang duduk di belakangku menyaut pembicaraan “Gak papa yun kalau mau dikasihin, entar tak panggilin anaknya.”. Aku melotot ke arah Suta, dan Suta malah balas nyengir. Aku melihat Suta berjalan ke luar kelas. Bersyukur banget karena aku bisa bebas dari itu anak usil.
Dari dalam kelas terdengar kalau di luar Suta bicara kenceng banget. Suta bener-bener manggil anak itu. Aku mendengar suara Suta bingung sendiri harus gimana. “Nis, Suta beneran manggil dia, gimana nih?” Aku meggoyang-nggoyang lengan Ninis, sampai krim cupe cakenya belepotan ke meja. “Ya udah, kasih aja yun..” jawab Ninis santai.
Aku memang menyukai seorang cowok, kami memang sangat dekat sejak kelas 7, namun aku tidak bermaksud menjalin hubungan yang lebih jauh dengan dia, dikarenakan batas yang terlalu tinggi di antara kita.
Aku baru sadar kalau ada yang manggil aku di luar jendela. Aku menoleh dan mendapatai seorang anak berdiri di balik jendela. Dari tempat duduk aku cuma bisa bengong melihat anak yang berdiri di balik jendela ternyata dia.
lni baru pertama kalinya terjadi. Perasaan yang tidak menentu, dada yang berdebar-debar kencang, dan keringat dingin yang mengalir. Semuanya terjadi pada saat yang bersamaan. Masa cuma karena satu orang ini saja sudah membuat aku seperti ini ?
“Kenapa yun manggil aku?” tuh kan dia bertanya, aku berusaha menjawab dengan tidak gugup namun suaraku malah terdengar serak. “Enggak ..” Dari sebelah pintu Suta setengah berteriak sehingga hampir satu kelas mendengar suaranya “Katane tadi Yuniar mau ngasih cup cakenya ke kamu, gov.”
Seketika mukaku langsung jadi merah semerah tomat. Pandangan seisi kelas tertuju ke arahku. Aku jadi salah tingkah sendiri. Dengan ragu-ragu, grogi dan malu cup cake owl yang ada di atas meja, aku berikan ke dia. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Seualas senyum yang tidak pernah bisa hilang dari ingatanku. Setelah kejadian itu satu hari penuh aku jadi bahan keusilan teman-temanku dan selama satu hari mukaku terus jadi warna merah karena malu.
“Ciyee.. yuniar rekk.” “Ciyee… So sweet lho, ngasih cup cake buat dia.”. Berbagai macam kata-kata berseliweran sepanjang hari itu. Aku merasa risih, senang, malu, perasaanku hari itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dan hari itu aku ngambek ke Suta, gara-gara dia aku jadi malu banget.
Aku baru sadar kalau ada yang manggil aku di luar jendela. Aku menoleh dan mendapatai seorang anak berdiri di balik jendela. Dari tempat duduk aku cuma bisa bengong melihat anak yang berdiri di balik jendela ternyata dia.
lni baru pertama kalinya terjadi. Perasaan yang tidak menentu, dada yang berdebar-debar kencang, dan keringat dingin yang mengalir. Semuanya terjadi pada saat yang bersamaan. Masa cuma karena satu orang ini saja sudah membuat aku seperti ini ?
“Kenapa yun manggil aku?” tuh kan dia bertanya, aku berusaha menjawab dengan tidak gugup namun suaraku malah terdengar serak. “Enggak ..” Dari sebelah pintu Suta setengah berteriak sehingga hampir satu kelas mendengar suaranya “Katane tadi Yuniar mau ngasih cup cakenya ke kamu, gov.”
Seketika mukaku langsung jadi merah semerah tomat. Pandangan seisi kelas tertuju ke arahku. Aku jadi salah tingkah sendiri. Dengan ragu-ragu, grogi dan malu cup cake owl yang ada di atas meja, aku berikan ke dia. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Seualas senyum yang tidak pernah bisa hilang dari ingatanku. Setelah kejadian itu satu hari penuh aku jadi bahan keusilan teman-temanku dan selama satu hari mukaku terus jadi warna merah karena malu.
“Ciyee.. yuniar rekk.” “Ciyee… So sweet lho, ngasih cup cake buat dia.”. Berbagai macam kata-kata berseliweran sepanjang hari itu. Aku merasa risih, senang, malu, perasaanku hari itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dan hari itu aku ngambek ke Suta, gara-gara dia aku jadi malu banget.
Back to 2014
Aku tersadar semua itu hanyalah bagian dari kenangan di masa SMP ku. Dan kini sudah satu tahun tahun berlalu, namun aku masih bisa mengingat semua tentang hari itu. Mungkin sekarang aku telah menjalani kehidupan yang lain, tapi aku tahu bila waktuku di SMP sudah berakhir, kenangan akan hari itu merupakan bayangan yang akan selalu terlintas dalam ingatanku.
Aku tersadar semua itu hanyalah bagian dari kenangan di masa SMP ku. Dan kini sudah satu tahun tahun berlalu, namun aku masih bisa mengingat semua tentang hari itu. Mungkin sekarang aku telah menjalani kehidupan yang lain, tapi aku tahu bila waktuku di SMP sudah berakhir, kenangan akan hari itu merupakan bayangan yang akan selalu terlintas dalam ingatanku.
Aku dan Kamu tak kan tau
Mengapa kita tlah berpisah
Walau kita tak kan pernah satu
Biarlah aku menyimpan bayangmu
Dan biarkanlah semua menjadi kenangan
Yang terlukis di dalam hatiku…
Mengapa kita tlah berpisah
Walau kita tak kan pernah satu
Biarlah aku menyimpan bayangmu
Dan biarkanlah semua menjadi kenangan
Yang terlukis di dalam hatiku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar