Cecillia berusaha merebut buku
hariannya dari tangan Ruben dan Keith. Tapi usahanya sia-sia. Dua anak nakal
itu bahkan sudah membaca isi diary-nya. “Oh, diary… andai suatu hari aku
menjadi seorang putri.” Ledek keduanya membaca tulisan cecillia sambil tertawa.
“Mana mungkin kau bisa jadi pteri. Lihat wajahmu itu. Si muka asam!” ejek
Ruben. Cecillia merasa sangat malu dan kesal. Ia berlari ke tepi sungai.
“Mengapa
mereka selalu mengejekku? Aku benci mereka!” seru Cecillia sambil menangis.
Cecillia memang dikenal sebagai anak pemurungdan jarang bergaul. Ia lebih
senang bercerita pada diary dari pada bercerita pada teman-temannya. Ia juga
dijuluki Si muka asam karena wajahnya sering cemberut.
Ingin
rasanya Cecillia melompat ke dalam sungai itu. Tapi tunggu! Apa itu? Ia melihat
sebuah peti terapung mendekat padanya. Karena penasaran, ia meraih dan membuka
peti itu. Ternyata isinya sebuah buku harian kosong. “Terima kasih kau telah
mengangkatku dari sungai.” Ucap buku itu. Cecillia terkejut dan langsung
berlari meninggalkan buku ajaib itu. Setiba di rumah , Cecillia langsung masuk
ke kamarnya. Ia terus memikirkan buku yang bisa berbicara tadi. Karena lelah,
ia akhirnya jatuh tertidur. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan buku
ajaib itu lagi.
“Mengapa
kau meninggalkan aku di tepi sungai? Tolong aku! Ambillah aku dari tepi
sungai.” Pinta si buku ajaib. Sebenarnya kau ini siapa?” tanya Cecillia. Buku
ajaib itupun menceritakan siapa dirinya.
“Aku
adalah pangeran yang dikutuk penyihir jahat. Aku tertangkap waktu mencuri buku
mantra milik penyihir itu! Sekarang cepatlah tolonglah aku. Aku bisa kembali
menjadi manusia bila buku itu ditulis sampai habis.” Cecillia pun merasa iba
pada pangeran itu. Ia pun bergegas mengambil buku tersebut. Sejak saat itu,
buku itu menjadi buku harian barunya. Cecillia menuliskan rasa kesal, bahkan
caci maki untuk teman-temannya di dalam buku itu. Ketika isinya tinggal
beberapa halaman lagi, buku harian itu berkomentar.
“Kalau
kau hanya menuliskan hal-hal buruk, wajahku akan berubah menjadi buruk rupa.”
Ucap si buku harian dengan sedih. “Lalu aku harus bagaimana?” tanya Cecillia
bingung. “Kau harus menuliskan penyesalanmu di halaman berikutnya. Untuk
selanjutnya kau harus menulis hal-hal yang baik saja.” “Tapi bagaimana
caranya?” tanya Cecillia. Ia memang telah terbiasa hanya menuliskan kesedihan
dan kemarahannya pada buku harian.
“Cobalah
untuk berpikir positif. Pikirlah pelajaran apa yang bisa kau ambil dari setiap
masalahmu,” saran si buku harian. Cecillia pun mencoba menuliskan
penyesalannya. Ia berjanji tidak akan menyimpan dendan pada teman-teman yang
telah mengejeknya. Mula-mula semua itu sangat sulit. Tapi lama-kelamaan ia
menjadi terbiasa.
Saat
teman-temannya mengejek dengan panggilan Si muka asam, ia akan menuliakan pada
diarynya :
Mereka memanggilku si muka asam lagi
Tapi tak mengapa, Aku bersyukur
Masih memiliki wajah dan badan yang
sempurna
Bukankah di luar sana masih banyak orang
Yang lebih tidak beruntung dibandingkan
aku
Akhirnya
buku itupun penuh terisi oleh tulisan Cecillia. Keajaiban pun terjadi! Setelah
buku itu terisi penuh, buku itupun hilang dan berubah wujud menjadi seorang
pangeran kecil. Pangeran itu sangat berterima kasih pada Cecillia. Ia lalu
menghadiahkan sepuluh buku harian tebal pada Cecillia.
“Teruslah
menulis seperti yang kau lakukan. Suatu hari nanti, saat kau telah selesai
mengisi seluruh buku ini, kau akan menemukan keajaiban.” Ujar pangeran kecil
itu. Cecillia menerima hadiah itu dengan senang hati. Pangeran kecil itu lalu
kembali ke istananya. Cecillia tetap senang menulis buku harian. Dengan rajin
ia mengisi halaman demi halaman buku-buku harian pemberian pangeran kecil.
Tahun
berganti tahun. Cecillia tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan mempunyai
banyak teman. Berkat kebiasaannya menuliskan hal-hal baik , kini tak ada lagi
yang mengejeknya si muka asam. Wajahnya selalu ceria, dan ia tak lagi suka
menyimpan dendam pada teman-temannya.Sepuluh tahun pun berlalu. Tanpa terasa,
sepuluh buku tebal pemberian pangeran kecil sudah terisi penuh. Pada halaman
terakhir buku kesepuluh, Cecillia menuliskan :
Terima kasih buku harianku
Kau telah membuat hidupku penuh sukacita
Kamu telah mengubah aku
Menjadi gadis yang baru dan ceria
Dan karena engkaulah
Aku dapat menemui diriku yang baru
Kini aku mengerti arti keajaiban itu
Terima kasih pangeran kecil
Cecillia
menutup buku itu. Ajaib, tiba-tiba muncul sinar yang berpendar-pendar dari
tumpukan buku itu. Lalu muncul sosok pemuda tampan. “Terima kasih Cecillia. Kau
telah membebaskanku dari kutukan itu selama-lamanya.” Ujar pemuda itu.
Ternyata
pemuda tampan itu adalah si pangeran kecil. Rupanya selama ini, pangeran kecil
itu tidak bisa tumbuh dewasa, sebelum semua buku itu penuh terisi oleh tulisan
seorang gadis berhati mulia. Akhirnya pangeran menjadikan Cecillia sebagai
permaisurinya dan mereka pun hidup bahagia selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar