"RILAKUMA"

"RILAKUMA"

Kamis, 29 Januari 2015

Keajaiban Buku Harian Cecillia



Keajaiban Buku Harian Cecillia

  
Cecillia berusaha merebut buku hariannya dari tangan Ruben dan Keith. Tapi usahanya sia-sia. Dua anak nakal itu bahkan sudah membaca isi diary-nya. “Oh, diary… andai suatu hari aku menjadi seorang putri.” Ledek keduanya membaca tulisan cecillia sambil tertawa. “Mana mungkin kau bisa jadi pteri. Lihat wajahmu itu. Si muka asam!” ejek Ruben. Cecillia merasa sangat malu dan kesal. Ia berlari ke tepi sungai.
“Mengapa mereka selalu mengejekku? Aku benci mereka!” seru Cecillia sambil menangis. Cecillia memang dikenal sebagai anak pemurungdan jarang bergaul. Ia lebih senang bercerita pada diary dari pada bercerita pada teman-temannya. Ia juga dijuluki Si muka asam karena wajahnya sering cemberut.
Ingin rasanya Cecillia melompat ke dalam sungai itu. Tapi tunggu! Apa itu? Ia melihat sebuah peti terapung mendekat padanya. Karena penasaran, ia meraih dan membuka peti itu. Ternyata isinya sebuah buku harian kosong. “Terima kasih kau telah mengangkatku dari sungai.” Ucap buku itu. Cecillia terkejut dan langsung berlari meninggalkan buku ajaib itu. Setiba di rumah , Cecillia langsung masuk ke kamarnya. Ia terus memikirkan buku yang bisa berbicara tadi. Karena lelah, ia akhirnya jatuh tertidur. Di dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan buku ajaib itu lagi.
“Mengapa kau meninggalkan aku di tepi sungai? Tolong aku! Ambillah aku dari tepi sungai.” Pinta si buku ajaib. Sebenarnya kau ini siapa?” tanya Cecillia. Buku ajaib itupun menceritakan siapa dirinya.
“Aku adalah pangeran yang dikutuk penyihir jahat. Aku tertangkap waktu mencuri buku mantra milik penyihir itu! Sekarang cepatlah tolonglah aku. Aku bisa kembali menjadi manusia bila buku itu ditulis sampai habis.” Cecillia pun merasa iba pada pangeran itu. Ia pun bergegas mengambil buku tersebut. Sejak saat itu, buku itu menjadi buku harian barunya. Cecillia menuliskan rasa kesal, bahkan caci maki untuk teman-temannya di dalam buku itu. Ketika isinya tinggal beberapa halaman lagi, buku harian itu berkomentar.
“Kalau kau hanya menuliskan hal-hal buruk, wajahku akan berubah menjadi buruk rupa.” Ucap si buku harian dengan sedih. “Lalu aku harus bagaimana?” tanya Cecillia bingung. “Kau harus menuliskan penyesalanmu di halaman berikutnya. Untuk selanjutnya kau harus menulis hal-hal yang baik saja.” “Tapi bagaimana caranya?” tanya Cecillia. Ia memang telah terbiasa hanya menuliskan kesedihan dan kemarahannya pada buku harian.
“Cobalah untuk berpikir positif. Pikirlah pelajaran apa yang bisa kau ambil dari setiap masalahmu,” saran si buku harian. Cecillia pun mencoba menuliskan penyesalannya. Ia berjanji tidak akan menyimpan dendan pada teman-teman yang telah mengejeknya. Mula-mula semua itu sangat sulit. Tapi lama-kelamaan ia menjadi terbiasa.
Saat teman-temannya mengejek dengan panggilan Si muka asam, ia akan menuliakan pada diarynya :

Mereka memanggilku si muka asam lagi
Tapi tak mengapa, Aku bersyukur
Masih memiliki wajah dan badan yang sempurna
Bukankah di luar sana masih banyak orang
Yang lebih tidak beruntung dibandingkan aku

Akhirnya buku itupun penuh terisi oleh tulisan Cecillia. Keajaiban pun terjadi! Setelah buku itu terisi penuh, buku itupun hilang dan berubah wujud menjadi seorang pangeran kecil. Pangeran itu sangat berterima kasih pada Cecillia. Ia lalu menghadiahkan sepuluh buku harian tebal pada Cecillia.
“Teruslah menulis seperti yang kau lakukan. Suatu hari nanti, saat kau telah selesai mengisi seluruh buku ini, kau akan menemukan keajaiban.” Ujar pangeran kecil itu. Cecillia menerima hadiah itu dengan senang hati. Pangeran kecil itu lalu kembali ke istananya. Cecillia tetap senang menulis buku harian. Dengan rajin ia mengisi halaman demi halaman buku-buku harian pemberian pangeran kecil.
Tahun berganti tahun. Cecillia tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan mempunyai banyak teman. Berkat kebiasaannya menuliskan hal-hal baik , kini tak ada lagi yang mengejeknya si muka asam. Wajahnya selalu ceria, dan ia tak lagi suka menyimpan dendam pada teman-temannya.Sepuluh tahun pun berlalu. Tanpa terasa, sepuluh buku tebal pemberian pangeran kecil sudah terisi penuh. Pada halaman terakhir buku kesepuluh, Cecillia menuliskan :

Terima kasih buku harianku
Kau telah membuat hidupku penuh sukacita
Kamu telah mengubah aku
Menjadi gadis yang baru dan ceria
Dan karena engkaulah
Aku dapat menemui diriku yang baru
Kini aku mengerti arti keajaiban itu
Terima kasih pangeran kecil

Cecillia menutup buku itu. Ajaib, tiba-tiba muncul sinar yang berpendar-pendar dari tumpukan buku itu. Lalu muncul sosok pemuda tampan. “Terima kasih Cecillia. Kau telah membebaskanku dari kutukan itu selama-lamanya.” Ujar pemuda itu.
Ternyata pemuda tampan itu adalah si pangeran kecil. Rupanya selama ini, pangeran kecil itu tidak bisa tumbuh dewasa, sebelum semua buku itu penuh terisi oleh tulisan seorang gadis berhati mulia. Akhirnya pangeran menjadikan Cecillia sebagai permaisurinya dan mereka pun hidup bahagia selamanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar